Buka Bisnis Fanmade Merchandise: Dari Kolaborasi Hingga Plagiarisme
Siapa yang pernah menyangka dari ngefans bisa jadi cuan? Kini para penggemar khususnya penggemar K-Pop memiliki peluang bisnis dari hasil karya-karya mereka sendiri. Seru dan untung banget nggak sih?
K-Pop rasanya sudah tak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Di Indonesia sendiri, penggemar girl atau boy group Korea bisa dibilang sudah terlampau banyak. Seperti penggemar pada umumnya, mereka rela merogoh kocek untuk menonton konser, membeli album hingga official merchandise idola mereka. Namun, para penggemar K-Pop ternyata tidak sekadar menjadi konsumen tetapi mampu menjadikan hal yang mereka sukai menjadi sebuah bisnis, mulai dari menjual album, official merchandise, hingga fanmade merchandise yang saat ini menjamur.
Selama pandemi, tidak sedikit para penggemar K-Pop yang memulai bisnis dan sebagian besar dari mereka memilih untuk menjual fanmade merchandise. Seperti yang terlihat dari namanya, fanmade merchandise adalah produk yang dibuat sendiri oleh para penggemar. Peminatnya pun juga sangat banyak, salah satunya Christina Kania. Mahasiswi Psikologi UNIKA Atma Jaya ini mengaku cukup sering membeli fanmade merchandise boy group Korea kesukaannya, yaitu BTS. Produk yang sering Kania beli adalah gantungan kunci, art print dan sesekali membeli baju. Menurutnya, harga fanmade merchandise jauh lebih murah dibandingkan dengan official merchandise dan desainnya pun lebih variatif.
“Pertama-tama karena kalau misalnya aku harus selalu keep up atau beli yang official merch dari toko artis tersebut itu kayak mahal banget sih harganya. Jadi, aku ngga bisa keep up untuk hal itu. Nah, tapi karena aku tetep pengen ngoleksi, jadi aku akhirnya beralih ke fanmade, di mana aku ngerasa harganya sih jauh lebih murah banget ya dan desainnya menurut aku itu jauh lebih variatif dan lebih menarik daripada official merch yang dijual sama artis tersebut,” tutur Kania.
Ranindya Diva atau yang akrab disapa Diva adalah salah satu dari jutaan penggemar BTS yang memiliki bisnis fanmade merchandise di Instagram. Diva memulai bisnisnya pada November 2021 menggunakan akun Instagram pribadinya yaitu @kooality. Berbeda dengan online shop lain yang memiliki akun toko sendiri di Instagram, Diva justru menggunakan akun pribadi karena lahirnya bisnis ini memang tidak direncanakan sebelumnya.
Review produk dari mulut ke mulut akhirnya membuat bisnis fanmade merchandise milik Diva ramai pembeli.
“Pertamanya tuh iseng. Jadi aku jualan tuh bukan karena aku bikin buat jualan gitu loh. Sebenernya tadinya emang cuma buat sendiri, tapi karena banyak banget yang minta jadinya aku jualin,” kata Diva.
Produk pertama yang ia buat adalah gantungan kunci hasil kolaborasi dengan online shop lain yang sama-sama menjual fanmade merchandise di Instagram. Diva mengaku bahwa sebelumnya ia memang sudah lama ingin membuat gantungan kunci yang didesain sendiri tetapi belum sempat terealisasi hingga akhirnya melakukan kolaborasi ini. Menurutnya, tahap desain menjadi proses yang cukup menantang karena ia tidak menggunakan aplikasi editing seperti Photoshop.
“Trial error-nya pasti pertama kali kita bikin prototype dulu terus desainnnya liat dulu warna aslinya kayak gimana. Terus kita nanti review dulu kayak bagus ngga, kalau misalnya ada yang pecah gambarnya. Kalau misalnya keychain kan kadang suka ada yang titik-titik gitu kan atau misalnya ada yang ngga ke print. Terus ngecek juga vendor yang paling bagus yang mana,” jelasnya.
Setelah berhasil mengeluarkan produk kolaborasi, Diva mencoba mengeluarkan produk yang ia desain sendiri. Produk fanmade yang ia keluarkan sudah berhasil terjual 200 buah di e-commerce untuk satu jenis produk.
Kolaborasinya dengan online shop lain tidak berhenti sampai disitu. Hingga saat ini, Diva sudah melakukan kolaborasi sebanyak tiga kali dan belum lama ini ia mengeluarkan produk kolaborasi dengan online shop Naka Shaki yaitu photocard holder dengan dua macam desain.
“Kalau aku sama Shaki yang photocard holder itu, waktu itu cuma revisi desain kayanya sekali dan itu juga ngga terlalu banyak sih revisinya. Karena emang aku percaya banget sama Shaki dan dia emang kerjanya juga bagus banget, jadi cepet sama dia,” tambahnya.
Hal serupa juga dialami oleh Millie, pemilik online shop @eotthokeiy di Instagram. Millie juga salah satu penggemar boy group BTS yang berhasil membangun bisnis fanmade merchandise. Peminat produk Eotthokeiy bisa dibilang sangat banyak dan produk-produknya sudah terjual hingga ratusan buah di e-commerce. Penghasilannya dari penjualan fanmade merchandise ternyata cukup fantastis. Hanya untuk satu produk saja Millie sudah bisa meraup keuntungan hingga belasan juta.
Millie membangun Eotthokeiy pada Maret 2021. Tujuan awal membangun bisnis ini tadinya hanya untuk mengisi waktu luang karena pada saat itu ia sedang menjalani home schooling. Namun, pada dasarnya, Millie memang sangat suka mendesain dan berjualan. Mulai dari situ, ia memutuskan untuk menjual fanmade merchandise dan produk pertamanya adalah majalah yang berisi salah satu member BTS yaitu Taehyung.
“Awalnya tuh sebenernya Eotthokeiy tuh bukan kayak (bikin) keychain gitu, aku malah belum tau. Tau sih cuma kayak lebih pengennya tuh ke magazine. Terus yaudah akhirnya aku bikin. Dan sebenernya tuh ngga kepikiran bakal sampe sekarang, aku mikirnya cuma yaudah lah paling dua bulan tiga bulan aja buat ngasih kegiatan biar ngga bosen home schooling-nya,” jelas Millie.
Diva dan Millie sama-sama menjalani bisnis fanmade merchandise ini seorang diri. Semua mereka lakukan sendiri mulai dari tahap brainstorming, mendesain produk, memilih vendor, packing, mengelola media sosial, hingga meng-handle e-commerce.
Bagi Diva, proses packing menjadi salah satu bagian yang cukup berat karena ia masih melakukannya sendiri. Proses packing bisa memakan waktu sekitar dua hari jika pesanan yang masuk mencapai puluhan. Diva menganggap dirinya adalah orang yang sangat teliti dengan detail-detail packaging produknya sehingga ia belum berani meminta orang lain untuk mengurus atau membantu proses packing.
“Karena aku takut banget ada yang salah kirim atau salah jumlah atau salah order atau gimana tuh that’s like one of my worst nightmare jadi aku selalu pengen ngurus sendiri gitu. Dan kadang tuh emang packing susah karena ya aku kan kalo misalnya bikin packaging selalu pengen ya istilahnya aku pengen bagus gitu di mata aku. Kadang tuh bagus dimata aku emang bikin aku cape juga,” tutur Diva.
Sedikit berbeda dengan Diva, salah satu tantangan bagi Millie selama menjalani bisnis fanmade merchandise ini adalah ketika memasuki tahap cetak. Proses produksi bukanlah hal yang mudah karena setelah menemukan desain final, tidak menutup kemungkinan jika harus melakukan beberapa kali revisi atau trial and error. Millie sudah berkali-kali mengalami kejadian seperti salah perkiraan ukuran, menerima kualitas barang yang kurang bagus dari vendor hingga salah cetak. Rugi biaya dan waktu sudah ia rasakan berulang kali.
“Kaya yang kemaren (produk) Taehyung juga, kaset itu aku banyak ngulang karena aku salah ngukur cover kasetnya. Sebenernya tuh kalo menurut orang lain mungkin kaya ngga keliatan gitu kan, cuma kita kan pasti kita maunya yang bagus,” ujar Millie.
Produknya yang baru rilis kemarin pun harus mengulang cetak lagi karena hasil yang diterima dari vendor langganan sangat tidak sesuai. Ia menerima kualitas yang kurang bagus dan ukurannya juga tidak sesuai dengan yang diinginkan sehingga harus memakan waktu lebih lama lagi karena menunggu produknya dicetak ulang oleh vendor.
“Dan sebenernya yang Simp Over Taehyung itu kan ada bookletnya. Itu cetakan pertama aku pesen lumayan banyak kayak 50 pcs gitu, itu jelek semua. Tapi ya aku mencoba untuk bilang kayak aku ngga mau tau ini ngga layak untuk aku beli gitu. Terus untungnya dia mau ganti sih jadi bagus,” tambahnya.
Ketika awal memulai Eotthokeiy, Millie sempat mengeluarkan produk berupa stiker yang ia desain sendiri. Sayangnya, hasil stiker yang ia cetak sangat mengecewakan dan vendor tidak mau mengganti. Lagi-lagi kerugian biaya harus ditanggung oleh gadis kelahiran 2006 ini.
“Even waktu aku awal jualan banget kan aku jualan stiker, terus tau kan stiker itu tuh kiss cut dimana kalo salah dikit tuh kan geser. Waktu itu aku udah pesen banyak banget terus geser. Terus dia ngga bisa ganti karena menurut dia kayak ya mesinnya (bermasalah) mau gimana mau pesen lagi juga pasti kayak gitu. Aku sampe nangis gitu lho,” ucap Millie.
Tantangan dalam menjalani bisnis ini tidak berhenti sampai disitu. Rupanya Diva dan Millie juga mengalami plagiarisme pada produk mereka. Seluruh produk yang mereka keluarkan adalah hasil buah pikir masing-masing baik itu produk yang mereka rancang sendiri maupun produk hasil kolaborasi. Tidak sedikit keduanya menemukan orang yang meniru desain produk mereka.
“Yang paling banyak diikutin tuh sejauh ini (produk) Love Trap Kit, ini juga diikutin. Dan karena temen aku ada yang nyadar dia DM lah orang ini yang ngikutin terus akhirnya dia izin sama aku. Terus kalo izin menurut aku yaudah lah gapapa mau gimana lagi walaupun sedih ngga sih kayak menurut aku Love Trap Kit itu salah satu ide yang out of the box,” jelas Millie.
Tidak hanya satu produk milik Eotthokeiy yang ditiru tetapi hampir semua produknya pernah ditiru oleh orang lain. Bahkan ada yang sampai meniru dari segi konsep, desain, hingga foto katalognya sama persis dengan milik Millie dan yang membedakan hanya gambar artisnya saja.
Begitupun dengan Diva yang menemukan online shop menjual produk dengan desain dan konsep sama persis dengan miliknya. Tidak hanya desain produk yang saja yang mirip tetapi desain freebies pun mirip. Berdasarkan pengalamannya, ia langsung menghubungi orang yang memiliki desain produk serupa. Namun, sayang, produk tersebut tetap tidak di take down oleh orang tersebut.
“Sekarang tuh orang beneran jarang banget bilang kalo barang mereka tuh inspired by someone gitu. Dan itu beneran udah rare banget menurut aku, jadi ya sedih aja sih aku ngeliatnya karena menurut aku, kalo dapet inspirasi dari orang lain ya harusnya at least di state aja gitu pas rilis,” ucap Diva.
Diva mengaku kecewa dengan hal-hal seperti ini karena kejadian plagiarisme tidak terjadi hanya pada dirinya saja tetapi terjadi juga pada teman-temannya yang memiliki bisnis serupa. Dan tentu saja tidak terjadi hanya sekali dua kali.
“Jadi, it’s actually kind of sad sih temen-temen aku pada di copy-copy gitu soalnya idenya tuh susah gitu loh nemu ide yang kayak gitu,” tambahnya.
Sampai hari ini pun Diva masih menemukan beberapa online shop ide atau konsep produknya adalah kumpulan dari konsep produk online shop lainnya dan meniru online shop luar negeri. Namun, pada akhirnya Diva hanya bisa membiarkan orang-orang tersebut jika tetap melanjutkan aksinya. Teguran rasanya tidak memberikan efek jera bagi orang-orang tersebut. Justru mereka selalu berlindung dibalik kata ‘tidak bermaksud’ atau ‘terinspirasi dari Pinterest’. Belum ada tindakan lanjut dari Diva yang membuat orang-orang tersebut jera sejauh ini. Ia lebih memilih untuk legowo dengan kejadian yang menimpa dirinya.
“Ditegur juga pada ngga (gubris) ini gitu loh jadi yaudah lah, rezeki ngga kemana menurut aku,” ucap Diva.
Millie pun sudah pernah melakukan hal serupa dengan Diva. Sayangnya, masih banyak orang-orang yang melanjutkan plagiarisme terhadap desainnya. Awalnya Millie memang merasa tidak terima sama sekali, tetapi lama kelamaan ia mengerti bahwa seperti inilah dunia bisnis. Ada persaingan yang sehat sampai tidak sehat.
“Aku berpikir, oh iya kalo dipikir-pikir, orang jualan emas di toko itu samping kanan kiri depan belakang itu kan sama semua. Bisa jadi supplier-nya pun juga sama ngga sih. Makanya menurut aku, bisnis itu kan competition juga, jadi yaudah lah orang juga pasti tau originalitasnya toko itu,” ucap Millie.
Millie mencoba untuk mengambil sisi positif untuk dirinya dari kejadian ini. Ia menganggap desain yang ia miliki memanglah unik dan bagus sampai-sampai orang lain mengikuti. Kejadian ini tentunya tidak menghambat Diva ataupun Millie untuk melanjutkan bisnisnya. Justru keduanya semakin gencar untuk mengeluarkan produk baru. Diva akan segera membuka official online shop-nya di Instagram dan sudah memiliki banyak ide untuk produk-produknya nanti. Sementara Millie, tentunya melanjutkan Eotthokeiy yang belum lama ini baru merilis produk baru. Ia juga lebih fokus pada orang-orang yang mengapresiasi sesuatu yang ia buat.